Kamis, 06 Februari 2014

Terobsesinya diriku oleh mereka

Sebagai mahasiswa baru UIN Sunan Kalijaga, saya harus rajin membuat karya, walaupun sekian lama saya sudah menyadari bahwa sangat minim potensi yang berkembang dalam diri saya namun saya tetap mencoba dan mencoba menggali potensi yang terkubur dalam diri saya. Sejak waktu itu saya sangat berhasrat untuk merealisasikan buah pikiran saya dalam bentuk karya, karya dalam bentuk apapun.

Ahirnya saya menemukan sebuah Blog. Sungguh betapa ndesonya diriku baru kenal si Blog ini setelah lulus SMA eh MA tepatnya. Mungkin saya juga sadar bahwa saya juga tidak pandai dalam mengolah kata-kata namun cuma ini yang bisa saya lakukan untuk mengeksplorasi potensi saya dalam rangka mengantisipasi meningkatnya penurunan SDM di Indonesia. Di kalangan mahasiswa, tak asing lagi kita menemukan teman-teman kita yang berlumuran potensi, potensi apapun. Hari demi hari telah ku lalui di atas permukaan kampus UIN Sunan Kalijaga, begitu banyak hal yang telah aku lihat, khususnya pada mereka yang kebetulan juga memasrahkan title sarjananya pada UIN Sunan Kalijaga ini, namun hanya rasa iri ber lebel kronis yang aku rasakan ketika melihat banyak hal dalam diri mereka yang tak ku miliki. Banyak diantara mereka yang mempunyai intelektualitas, kredibilitas, akuntabilitas dan seni yang tinggi. Ada ada saja potensi yang menggandrungi jiwa mereka mulai dari kerapian, kerajinan, kedisiplinan, kecermatan, keilmuan, kesenian baik seni suara maupun seni rupa, dan masih banyak lagi, termasuk kecantikan karena kecantikan adalah potensi terindah dalam hidup. Pada intinya secara merata masing-masing dari mereka mempunyai potensi itu, bahkan tak terpungkiri bahwa ada beberapa dari mereka yang memunyai beberapa potensi sekaligus dalam dirinya. Akan tetapi, in other side banyak juga dari mereka yang belum menemukan potensi yang bersembunyi dalam jiwa mereka, termasuk saya, namun saya dan mereka harus punya mimpi dan obsesi tinggi akan sebuah potensi, dan mulai detik ini saya harus mempersiapkan cangkul super untuk menggali potensi yang terkubur dalam diri saya.

Ada sebuah statement bahwa dalam melalui roda kehidupan, manusia harus mempunyai rencana atau planing, akan tetapi dalam salah satu kitab klasik islam tentang ketauhidan mengatakan bahwa manusia tidak boleh merencanakan apapun dalam hidup karena semua sudah direncanakan oleh Allah, kata salah satu teman saya dalam salah satu obrolan keagamaan kami, tak jarang kami saling berdebat argumen dalam obrolan kami. Sebagai manusia yang berpikir saya merasakan keselencoan karena pernyataan terebut tumpang tindih. Tentu saya juga mempunyai solusi untuk itu dengan menggabungkan keduanya, mungkin solusi tersebut agak sulit untuk saya realisasikan dalam bentuk tulisan namun dengan singkat saya mengganti kata plan yang berarti rencana menjadi obsesi yaitu sebuah pikiran yang menghantui otak manusia sampai manusia itu mampu merealisasikan pikiran itu. Saya tidak begitu tahu dan paham akan kata yang sering saya gunakan dalam tulisan maupun kehidupan sehari-hari namun saya tetap percaya diri akan kata yang saya gunakan dalam kehidupan sehari-hari karena ada beberapa prinsip yang saya gunakan untuk membackup kesalahan saya "namanya juga masih mahasiswa baru", "namanya juga masih belajar", kalau dua pondasi itu masih rapuh, ini prinsip terahir "namanya juga manusia, tempat kesalahan dan kekeliruan" dijamin manjur.

Kembali ke permasalahan, berawal dari setetes iri menjadi obsesi. Itulah yang saya rasakan saat melihat aura potensi mereka yang menari-nari bak permadani berwajah pelangi yang berwarna-warni nan elok mempesona menyinari bumi. Banyak diantara mereka yang mahir dalam keilmuan, bernyanyi, berpidato dalam beberapa bahasa, bermain  piano, gitar, hadroh dan alat musik lainya, bermain sepak bola, tenis meja, beladiri dan olahraga lainya,  menggambar ......... bersambung, solat maghrib dulu 17:57 kamis 6 Feb 2014